Senin, 31 Januari 2011

Ya RasulAllah



Ya RasulAllah...


Aku betul-betul jahil di sisimu


Untuk menyampaikan

Ucapan dan ungkapan

Yang halus dan murni


Pabila ku mencari-cari sesuatu

Aku tak ubahnya

Seperti sibuta mencari tongkat

Pabila berhadapan

Dengan namamu

Kakiku terasa pincang

Tanganku tidak kesampaian



Salamku…

Ya RasulAllah

Bermacam rupa dan suara

Yang mengucapkan

Salam padamu

Aku terasa begitu kerdil

Dan kecil



Lautan manusia

Beucap salam kepadamu

Bagaikan deru angin

Dan lautan berbisik

Sama sendiri

Entah apa yang dibisikkan

Tanpa dimengertikan

Oleh siapapun

Hanya Allah saja

Yang mengetahui


Ya RasulAllah...

Kupohonkan maaf

Terhadap ketelanjuran

Langkah sumbangku

Sekiranya ada

Pasti ada

Kerana aku tanpa tahu apa-apa



Ya RasulAllah...

Aku menghamba Syafaatmu

Mengiringkan aku ke sisi mu...



Ya RasulAllah

Telah kubacakan

Apa-apa yang kutahu Di depan kiblat

Sungguh tenang kurasakan

Duduk di atas pentas

Berpagar emas tak ternilai namaMU

Serasa aku tiada mau pulang

Naluriku meresap merasakan

Sesuatu yang belum pernah kurasakan

Sepanjang usia dan hayatku

Ya....RasulAllah...

Aku rindu padamu....

Dzikir Sunyi Pada Diriku


  • Hari ini,Aku perintahkan kau Wahai Tubuh,Hati,Jiwa dan Pikiranku dan Roh yang Hidup,yang diciptakan olehNya untuk mencintai.wujudkan keinginanmu melalui kata dan perilaku.Buatlah Aku Roh yang hidup,untuk mencintai dan membahagiakan sesamaku dan masukan Ikhlas kedalamnya agar aku mencintai apa yang kukerjakan dan untuk orang-orang yang ada di sekitarku.Tuntunlah Aku bersamamu untuk melakukan segala kebaikan
  • Demi diriku dengan suara yg menetes di ujung adzan.seperti desah napas yang berat oleh waktu melalui sujud dalam alif. ah.. yang menetes dan meleleh adalah kalbu dengan tahun-tahun penuh kelalaian dan terasa keluh untuk dilafazkan dalam pertemuan akhir salam takhiyat yang tak mampu diterawang oleh siapapun, kecuali maut yang sanggup menuntaskannya : Lâ ilâha illâ anta, subhânaka innî kuntu minazh zhâlimîn...duh Gusti.
  • “Kepada pemilik Asmaul husna”....dan kesekian kalinya aku berdoa dalam lenguhan diam, Jiwaku meminta dalam pergolakan. aku lahir dari lingkar malam dalam kesakitan dan kemenangan hawa nafsu, aku bersimpuh Dalam keheningan membungkus. dengarlah aku, memanggilmu tanpa malu, Di balik jeruji beku, di balik warna buram, telanjang aku menghadapmu Dalam kemunafikan mendalam...
  • Chandra..untuk apa kau membalut kata-katamu dengan berlapis makna. saat semua tak mengerti apa maumu. tidakkah kau dilahirkan dari sebuah kesederhanaan? ya berbagi sajalah apa adanya. kau dapat bercerita tentang malaikat yang mengajarimu bersujud. tentang puisi yang beranak pinak dari tangan jadahmu. kemudian kau lepas ia mengembara dicaci-maki, meski malam-malam selanjutnya tak kau akhiri permenunganmu. istiqomah sajalah kau!
  • Malam yang muram telah berlalu, Makna kegelapan sirna, Nur kebenaran adalah kebenderangan, Saat kepala makin merunduk tersungkur pada ribuan rintih penghambaan Sebagai tanda Agungnya sang Khalik. Isak lirih kidung detak jantung semakin dalam. Disinilah aku semakin mengenal kehinaan diri bagai noktah dalam cermin retak. Duh gusti,sudikah Engkau  menerima porak porandanya wujud tak ikhlasku ini...?
  • alif-lam-mim...samar terbaca, kuterjemahkan seperti angin yang menggalir, memagari setiap perenungan, melihat waktu telanjang dingin. dalam perasaan yang menjadi pucat dan bergetar ketakutan. Ya Rabb....Tanpa-MU aku hanya titik nol.
  • Wahai diriku..lelaplah dengan mimpi sunyi malam ini. bisikkan pada ranjang yang dingin dari celoteh asmara. artikan mimpimu yang abadi, masuklah dalam dimensi hening mencumbu cinta Tuhanmu, hingga segala makna menguak di ujung pagi. dan esok, ambillah matahari kemudian taruh di puncak rasa syukurmu, biarkan cahaya yang bermekaran di bayang Ilahi menjadi prasasti yang bertuliskan perasaan dan cinta Ibumu dan Rabb-mu.
  • aku terhenti di separuh malam menembus muara setiap lapisan langit yang mempertontonkan romantisme penciptaanMU. Bila waktu menghitung langkah Membusuk bersama kematian dzikirku. aku tak lagi Punya kuasa atas raga ini. Pinanglah aku ya Rabb..sebelum Semua Amalan menegurku. astaqfirullah... sudah begitu jauhkah nafsuku ? sampai aku harus bersusah payah ikhlas memujiMu.
  • Wahai wajah dalam cermin...apa yang akan kau lukis dengan penamu di bentangan sajadah malammu? bagaimana caramu melukis objek yang kau inginkan agar terlihat jelas seperti do'a para nabi? Tadarus apa yang keluar dari nganga mulutmu dengan sejuta ritual, dan tafsir-tafsir yang jatuh di nyerih ngilu kalbumu ?..maka lukislah saja La Ilaha Ilallah !!

Dzikir Sunyi Pada Ibuku

 
  • bagiku cinta untuk ibu senantiasa membuat huruf-huruf tak pernah selesai kurangkai untuknya.bahwa tangan ini terlalu kecil,terlalu biasa sebagai cinta yang semakin dekat dekap raungku dan derap gempita doa yang direliefkan ibuku tak bisa kubalas dalam anomali airmata yang semakin asing pada nyala kasihnya... 
  • Dikamarku,hanya ada dinding bebal yang gagu,hanya suara petikan gitar dan nyanyi sepiku yang bergetar seperti sayup tak terdengar tentang gelisahku yang terkapar.Ah...adakah matahari lain yang dapat temani aku menembus dinding musim dingin abadi? sebab cuaca yang ibu titipkan padaku adalah pilihan dunia yang tak pernah selesai. 
  • ...jika lelah siapapun mesti pasrah pada pendakian,maka kurindu layang - layang diangkasa memeluk ruh jasadku lalu jiwaku tanah yang hanya mampu meneguk wangi susu bumi.akupun air mengalir menyusuri lekuk liku bumi hingga keperaduanmu..ibu. ini kali perjalanan terahir itu ketika diam kuberdiri dipintumu berkeluh tentang payah payahku,Ibu...izinkan aku tidur dirahimmu malam ini.. 
  • beban mataku adalah risau yang hendak kutidurkan,tapi lelap enggan menyentuh mimpi dan perasaan berdiri sendiri lalu mendesah,menuju ayunan kantuk.lalu diri menjelma di dinding-dinding pualam lewat biji-biji tasbih,aku menjelma pembangkang yang lepas di tungkai doa.dan semestinya aku meminta restumu,ibu. agar malamku berangkat tak jauh dari tadarus sunyiku.. 
  • Wahai...besarnya cinta ibumu ! kokohkan batu karang menenangkan gemuruh awan, terangkan malam dengan bintang-bintang. Jagalah ia yang menjagamu, berdirilah di sampingnya jika diancam bayang burukmu. tamengkan jiwanya dengan bakti merunduknya kalbumu, karena Surga hanya satu.jika bukan ibumu...surga manakah lagi yang hendak kau cari? 
  • surga dan ibuku,duduk berdampingan,di keduanya ada sungai mengalir jernih dimana kehidupanku bermula di rahimmu.aku layari sungai itu dalam perjalanan butarata menuju kasihmu.aku tahu semua payah-payahku ini selalu membuatmu menunggu dalam doa-doa yang kau sulam dengan air matamu.sungguh aku tak sempurna sebagai amanahmu.izinkan aku bersimpuh dikakimu untuk sekali lagi berkata : " Ibu, ada namamu penuh cinta di hatiku." 
  • Tangan itu memandikanku,memakaikan baju,membelai dan memelukku (ketika kecil), dan terlebih dari semuanya, berdoa untukku. tangan itu telah menyentuh dengan cara yang paling membekas dalam hatiku. Dunia memiliki banyak keajaiban, Segala ciptaan Tuhan begitu agung.tetapi tak satu pun yang dapat menandingi Keindahan tangan ibuku...!! 
  • Pantang memang jika ku menangis di hadapmu.Mungkin hanya senyum yang kan kau saksikan di binar indah syahdu matamu dan aku hanya ingin hadirkan sejuta senyum pada bibirmu.sungguh...telah kurajam selaksa perih pada hatimu.dan aku hanya mampu berharap Semoga masih cukup waktuku di dunia untuk berucap dan kau mendengar “ ini aku anakmu.... ibu ” 
  • IBU...kutulis ungkapan kehormatan padamu yang kini duduk menyaksikan ilham Allah merasuki tulang-tulang tuamu.aku merenung menggores bayangan butiran air matamu yang terdorong keluar oleh kerinduan padaku.aku berusaha menutupi jalan untuk air mataku yang tak sanggup menahan keharuan menuntut jalan keluar,mungkin hendak berteman dengan air matamu dan selembar jilbab yang kuberi untuk kemuliaanmu... 
  • Pada sebaris hujan,kumasuki cakrawala dengan payung terbuka tanpa layung senja.Terpa angin meninggalkan jejak dingin di dada.Engkau menggigil di jantungku,Bergetar dinadiku…Sebulir hujan menggantung di ujung payung sebuah kilau,Kumasuki kelambu hujan di mana perih dikalbu menggenggam rindu.. untukmu Ibu.. 
  • Mulai menguarai suci Janin pahala menyebar surya rata.Sebagiannya tersisa tak terasa,Serba mustahil menjulang sangat singkat sosok.Di saujana musafir nampak rindu pada rahim cinta abadi,Sayang kabur inti dan makna,Tarikan saripati atas musim cinta lepas luka.Tetapi tahta  rindu padamu masih memuncaki kerinduan-NYA dalam silau butir tasbih atas nama ibuku... 
  • Hingga tak tergambarkan,apa rasa ini.Hingga menatap ku selalu jauh, Hingga keperawanan surga, adalah hari hari bersamamu, Hingga tersadar, sendiri adalah ketersiksaan, Hingga kadang membenci jalan pencarianmu, Hingga ibuku,tepat diabawah ArasyMU.Hingga doa, seiring mendoakan sang Nabi, Hingga tak perlu malu mengakui, Ibu...Engkau separuh hidupku, dan mana mungkin aku hidup dengan setengah nyawa.. 
  • Aku bertanya: “Kenapa para ibu menangis?” Tuhan menjawab:" 
  • Ketika Aku menciptakan Ibu, Kuberikan kepekaan untuk mencintai anak-anaknya dalam keadaan apapun. walaupun anak-anaknya sangat mengecewakannya. Untuk semua kerja kerasnya ini, Aku memberi dia air mata untuk dicucurkan. ketika anak-anaknya tak peduli pada dirinya karena kesibukan duniawi..Aku terdiam : sungguh istimewa KAU ciptakan seorang Ibu... 
  • Ibuku menyungaikan susu dalam nadiku, Ada gerimis Rinainya jatuh dalam dekap surgawi ditubuhku.dan aku telah menjelam khosimmumubin Indah denting qur'ani yang Engkau lirihkan di telinga pudar sudah! Khusukku mabuk pada dunia pemahamanku tumpul pada kasihmu Aku sibuk memahami dunia yang tak berfihak padaku Nafasku memburu seperti Washyi Bin Harb yang menombak Hamzah,Gelisahku membentuk cawan anggur tak menghapus dahaga.Sungguh...aku telah mengotori surga di kakimu...

Dzikir Sunyi Pada Semesta

  • selamat malam wahai buhul angin yang menetes di derit jendela., kuhantar kau menuju kejauhan yang berlalu pada tembok bebal, pada serangkaian gelisah yg merelief wajahku di dinding kamar, yang memberatkan mataku dalam gugusan diam di ranjang musim dingin abadi. kusampaikan aroma sepi yang kelam meleburkan separuh ingatan yang tak tersampaikan pada kerinduan yg paling rindu. 
  • Dear My sunset...Bait-bait kegetiran yang kurasakan seketika hilang ketika menatap cahayamu. Biaskah, wajahmu di sela-sela pekat semu Tertutupi sayu? Tinggalkah, matamu di arah jantungku Teralasi ragu? Hilangkah janjimu berangkat dalam sendu? Dan Tak ku dapati sumpah tak bertuan darimu. Punahkah, asmara sunyi tertampar pilu? karena Tak ku kecap gubahan haru tampak dahulu yang Tercampaki engkau…. 
  • Ada yang berbeda dengan takbir yang merembes subuh ini,Semakin menyayat ketika tahmid pun mulai bersemai.Aku mencoba menyelam kedalam puisi-puisi Namun semakin aku selami Semakin aku tertatih dan lunglai,Perih di setiap sel terasa menari-nari Sukma terasa tertusuk belati Dan tanpa kusadari airmatapun berderai. Berapa jauh jalan yang telah kujalani? Berapa banyak waktu yang aku miliki? Berapa banyak cita-citaku yang telah tercapai? Berapa banyak yang telah kuraih? Tapi selalu saja buatku tidak berarti Tapi selalu saja tak disyukuri Malah menggerutu dan mencaci Meledaklah letup api Bersama jumawa yang sering menghantui Kontras dengan sejuknya pagi Dan mengalir deraslah derai.kukumpulkan gairah yang terberai Ketika kiblat menyentuh dahi Menyiapkan diri Kembali mengejar mentari. 
  • aku mendengar cicak berbisik di dinding, aku mencium aroma waktu berkarat dan kering. gelisah nampak gerimis, berlalu dalam diri yang mendesis. bau kopi tak mampu mengirim risau ke mulut cangkir. tiktok jam, dan malam sepertiga akhir. mengusung sepi beralamat jauh, sampai ke tingkap paling rapuh... duh, bayang masakanak. adakah kau mengerti, bila remaja telah mengusaikan kejujuranmu berkata. aku berjalan pada sepi yang menjadi mantel, dan sunyi sebagai isyarat tanpa tanda tanya aku mengatupkan setiap permenungan ke dalam segala yang tak ada, dan siapa-siapa yang mampu kusebutkan satu persatu, hadir dengan sendiri aku mendengar cicak kesepian, aku melihat jiwaku yang kesepian, di tengah malam yang retak tanpa simpul 
  • ajarkan padaku bagaimana membelai hujan yang runtuh di matamu. sebab, badai-badai yang sembunyi di mataku, senantiasa alpa mengecupmu. ah, kecupan maut kukira. menetes ke dalam hatimu. bukalah hatimu. pada perasaan yang tak sempat diziarahi, pada rasa sayang yang kau kubur di tanah basah. bukalah segala hakikat, atas beribu-ribu sepi menghadapmu, beribu-ribu hasrat menginginkanmu, beribu-ribu tangan mengetukmu, beribu-ribu puing menunggumu. berhentilah akan diammu wahai sasmita diri. ajarkan aku mencintai kamu, akan pagi bersama gerakan yang muncul di kalam matahari. biarkan perasaan ini menuliskan sinarnya untuk hatimu. sampai aku menjadi beku dalam selimut, kemudian menguap dalam mimpi-mimpi yang luluh. tanpa kata-kata.  
  • Malam ini...Mari kita masuk dalam Hening.kemudian tanyakan kepada diri sendiri,apakah hidup kita selama ini sudah sesuai dengan keinginan lubuk hati terdalam. Betulkah kehidupan seperti itu yang kita inginkan selama ini ? betulkah jalan yang di pilih berada pada jalanNYA? Bertanyalah lebih jelas dan temukan atas jawaban pertanyaan itu,dalam keheningan sajadah malam.. 
  • Malam bergerigi tajam,mati kerandakan sesejuknya pejam, bola bening lihat tertaut diludah deru pagi menjilat terang benderang.aku meremas kalbu yang lalai kumandang subuhMu, meski Telingaku mendengar adzan dari Muadzin bisu Yang terselubung pengap antara dinding-dinding kamar yang merelief luka gelisah dan aku terbangun dalam kumpulan abu.Ya Allah,...Subuhku berdebu..
  •  kupindahkan perasaan ke dalam gelas, ia lebih segar dari lemon tea kesukaanmu tegukan pertama adalah tarikan nafasku yang rebah di tenggorakanmu tegukan terakhir bahwa kau tahu segala  kesepianku

Dzikir Sunyi Pada Sahabat

 

  • Kita semua mempunyai banyak pilihan dalam hidup setiap harinya untuk dapat memahami "kejadian alami dalam hidup". Begitu banyak hubungan antar dua manusia yang kelihatan remeh,sebenarnya telah meninggalkan dua pilihan bagi kita : Apakah kita telah meninggalkan cinta dan kemanusiaan atau,Apakah kita telah melewatkan kesempatan untuk berbagi kasih dengan mereka yang kurang beruntung,yang menyebabkan hidup ini menjadi dingin? 
  • kita tertatih,terkubur-kubur dalam penangkapan cita-cita yang sering hampir kita bunuh di tengah perjalanan. jika pertemuan adalah sorga atas rindu yang telah kau pahat dalam tasbih yang mensejajarkan kepalamu dengan kelingking kaki. maka “inna akramakum`indallahi atqaakum” adalah perahu nuh yang telah meninggalkan cintamu pada dzikir yang kau jeritkan atas nafsumu.. 
  • Terdapat pesan pada Shubuh nan jelita,di mana mulanya pagi adalah dingin yang menyusup dalam rahang jiwa. Embunku tak lagi terjaga. maka,hari ini ingin kuungkap cinta dimana Subuhku berpesan : cintailah yang berhak dicinta!!. namun embunku menentukan pilihannya, pada mentari meski akhirnya ia sirna..karenanya cinta embun dan mentari tak bersua namun indah dirasa…seperti kalian dan aku. 
  • nafsu berpelukan mesra bersama cerita umat yang menyerah, dan para Nabi telah kehilangan matahari, hingga semuanya samar sampai ke dasar. dan airmata tak mampu menjadi akhir sebuah do'a. kita semakin karam tenggelam dalam asyik masyuk dunia yang bergemerincing dalam dada. kita terlalu banyak tawa sia-sia, kita telah menyerah kepada para nabi. untuk menjadi ada dan diakui.
  • Jangan rusak nilai kita dengan membandingkannya dengan nilai orang lain. Perbedaan yang ada diciptakan untuk membuat masing-masing diri kita spesial. Jangan takut mengakui bahwa diri kita tidaklah sempurna. Ketidaksempurnaan inilah yang merupakan sulaman benang rapuh untuk mengikat kita satu sama lain..jadi berbahaiagalh wahai yang tak sempurna. 
  • nasiblah yang menaburkan banyak suara kedalam sekeranjang malam. ketika hidup mengecewakan nafsu dunia, kita menghampar sajadah yang ujungnya terjulur hingga ke bibir kuburan. padahal kita jarang tersungkur dikaki Arasy untuk memahami debar lirih doa yang kita sulam parasnya. sungguh, Tuhan hanya ada. ketika syahwat dunia melukai kita. Astagfirullah...
  •  Sahabat...Jika yang kau temukan jiwaku menetes kedalam waktu. roh dan puisi bergandengan menuntunku sampai ke gerbang penghabisan. rahasia dan isyarat tidak ada yang disembunyikan bila makna kata kataku dapat diterima dengan sederhana. itu adalah ingatanku yang kesekian dari beberapa risalah yang kutemukan di tepian sunyi kamar..sungguh aku Ingin pulang pada sebuah hati dan merebahkan payah payahku! 
  • HEY... kita tak sama dalam memaknai luka. disini kutemukan serpihan cerita dan bongkahan kerinduan, pada nasi ditemani segelas lemon tea dan gurauan asyik tentang ocehan para pembual agung di negeri palawija yg ditanami mimpi dan kedunguan. harapan kita membumbung mengalahkan Discovery Channel singgah di cafe berkaroke ria, melantunkan lagu dangdut “senyum membawa luka” di negeri surga koruptor ini..Bebal sudah semua! 
  • Seorang yang berani bersedia melakukan sesuatu yang penting bagi kecemerlangan hidupnya, meskipun dia belum berpengalaman, meskipun dia tidak memiliki uang untuk itu ,meskipun banyak orang meragukan kesempatan keberhasilannya, meskipun telah banyak orang gagal dalam upaya yang sama, meskipun sama sekali tidak ada jaminan, meskipun sebetulnya dia sangat ketakutan dan meskipun lebih mungkin baginya untuk gagal ! SMANGAT! 
  • Nafsu merenggut dengan gincu fananya, enggan kau tuntaskan dalam puncak firman yang melarutkan diri dalam pertemuan dua ruh yang semakin terbaca dhaifnya. dan apalah arti pengukuhan dahaga dunia? bila nanti semua meleleh, mengisi cungkup-cungkup akhir penghambaan lalu menyerah masuk kedalam kubur dan bertemu dengan pedih siksaNYA...inikah yg kau cari? 
  • anak kecil diperempatan,hatinya basah kuyup digenangi air mata, jiwanya meranggas terbakar, di sulut luka dan kegelisahan yang tak pernah lelap oleh buaian malam. Dalam diam, diikatnya warna kelam pada impian buram, tulikan hati meramu resah, kosongkan rasa dan lahirkan ratusan ribu kutukan, menatap gamang bayangan pucat wajah takdir. Dalam diamnya, aku prihatin akan lamanya waktu yg menyiksa. dimanakah kita? 
  • Setiap hari adalah hadiah terindah dari Tuhan, dan selama mataku terbuka, aku akan memusatkan perhatian pada hari yang baru dan semua kenangan indah dan bahagia yang pernah kualami dan kusimpan. Karena aku akan mengambil dari yang telah kusimpan.Terima kasih sahabat..kalian telah mengisi bank kenanganku. semoga hari ini kita semua, bisa menyimpan kebahagiaan baru untuk kita syukuri.. 
  • Perjalanan panjang di tempat semediku, Melihat kawan-kawan bersenandung rindu candu mencumbu nafsu. Cahaya putih lewati perkumpulan itu. Muhammad Memanggil saat perjamuan terakhir itu, Suaranya bagai senyap menahan rindu...tapi hati sudah direndam arak dunia hingga menjadi batu!! 
  • Kebaikan kita hari ini gampang sering dilupakan orang;dan orang berpikir kita ada maunya dgn kebaikan kita itu. namun demikian, teruslah berbuat kebaikan. Berikanlah yang terbaik dari kita dan itu pun tidak akan pernah memuaskan orang, namun demikian, tetaplah istiqomah memberi yang terbaik. Hingga pada akhirnya, Perkaranya adalah antara kita dan Sang Pencipta dan bukan antara kita dan mereka. 
  • Memberikan seseorang semua cintamu tidak pernah menjamin bahwa mereka akan mencintai kamu juga.Jangan mengharapkan cinta sebagai balasan, tunggulah sampai itu tumbuh didalam hati mereka. Tetapi jika tidak, pastikan dia tumbuh didalam hatimu." bertawakalah kepada Allah...karena denganNYA ...engkau tak akan pernah menemukan kekecewan yang perih dan membutakan mata hati... 
  • Sebentuk ragu menggumpal di kepalamu, Sedang burung menikmati Sebuah keniscayaan TuhanNya. Sebentuk ragu membanjiri rongga mulutmu Berbusa sumpah serapah, Sedang burung masih bersiul menatap mentari Diantara geliat cacing-Dan tasbih-pun berhamburan di setiap kepak sayapnya. Tiadakah kepalamu mendongak lurus keatas dan kau Temui rahasia agung dibaliknya? lalu kenapa kaui menggerutu pada nasibmu? kau kalah oleh burung! 
  • Aku diam bukan berarti tak bersuara Tapi hati ini yang sedang bersuara. Kau tahu jelaga hitam? rapuh abu yg diterbangkannya tak berguna, seperti tamparan di kalbuku dengan tajam lidahmu itu. bermainlah kau dengan bola api fitnahmu atas kesukacitaanmu terhadap jalanku ini. karena dalam altar sunyi aku tengah mencumbu kalimat :Hasbunaa Alloohu ni’mal maulaa wa ni’mal wakiil Laa haula walaa quwwata illaa billaah.. 
  • seorang bocah di simpang jalan menyeret kesunyian sebagai mantel, kelaparan dan kegelisahan sebagai zikir. tak ada yang bertanya dan peduli. kita hanya mendengar suara kehidupan yang samar dan lapar dari wajahnya. seperti, ayahnya yang berkali-kali membunuh setiap kepingan doa yang meleleh dari airmatanya hingga dirinya sekarat dan terkapar beku di atas trotoar.dimanakah kita ? saat tragedi ini ada ! 
  • Dibalik belukar kota.terpuruk pias wajah memburuk sangka, mengali asa lantas gelisah menanti sabar tak terasa komat kamit segala ingin sah, tapi Tuhan mengerti waktunya ijabah. duh Gusti, kemilau airmata syahadat menggetar menakar sabar dihutan maksiat, berjajar menyelinap pendar redup cahaya disela ranting nista Cahaya MU diredupkan!! Kami bersujud tak tulus, fikiran ngelantur sibuk urusi dunia,semua kosong dan bohong!! 
  • Lam Yalid Walam Yulad...semua berawal dari ketiadaan, siapakah kau, siapakah mereka, siapakah aku yang begitu berani mempertanyakan tentang kebenaran yang aku sendiri tidak berumur sepanjang sinar yang menjangkau sela sela rambutku. lalu, siapakah hidup? yang terlahir dari percintaan bapak ibu dan memakan buah surga yang pada akhirnya terlunta didunia?..sungguh kita hanya sekedar Hamba!!

Minggu, 30 Januari 2011

Dzikir Sunyi Pada Hawa

 

  • kamu yang datang masuk kedalam kalbuku, menyuburkan kata-kata gombal dalam pikiran yang kuledakan dalam pena yang tak sempat dikukuhkan dalam kalimat istirah. serupa wajahmu tak henti mengisi lubuk-lubuk rindu beristikharah dalam kalbu dan ruhku...menjelma sesobek sujud yang nyeri!
  • ini sekedar frasa sederhana yang kuambil dari tangkai mawar, ini tentang prasasti yang bertuliskan perasaan dan kubiarkan ia kepadamu, kelopak-kelopak baru yang tumbuh atas mata dan kalbu, sekedar penolakanku terhadap cinderella atau nawangwulan beserta legendanya. karena kaulah puteri itu yang bukan dongeng bagiku.
  • wahai...kesabaran telah menguap sebagai diam, aku menunggu musim yang berlari dalam kedinginan semediku. apa salah kau menghukum kata-kataku menjadi batu sukmamu dukacita diriku. dan kau batu paling batu dunguku
  • aku pernah bertanya...kerinduan apa yang kau kirim menuju sukmaku sebagai gigil yang sempurna. kau hanya mendesah seperti hempas hujan yang tergelincir ke tanah menenggelamkan perasaan.sembari mengecup kebekuan di wajahku kau bergumam world is unfair !... dan rindu itu telanjang mengutuk sujud kesepian menjadi batu dalam diriku.
  • aku pria akhir jaman, Bukan Ali atau Ummar, zuhudku adalah desir alpa menghitung payah payah dunia yg tak bisa Kamu nikmati anggur singgasananya, aku hanya merangkai petuah Arasy mencoba meniti sabar pun Kamu bukanlah Khadijah, yg begitu sempurna di dalam menjaga, bukan pula Hajar, yg begitu setia dalam sengsara. kamu Cuma wanita akhir zaman, maka bersabarlah atas segala ketaksempurnaanku ini..
  • Ketika kau sadar pagi ini. Mungkin aku telah menjadi udara pagi yg kau hirup Karena sang waktu yang tak izinkanku untuk temui kau saat ini. Mungkin aku telah menjadi mentari di langitmu, Karena rapuhku yg tak mampu melawan Rindu. Ketika kau terjaga saat ini, Mungkin aku telah ungkapkan segalanya padamu, Karena tipisnya sabarku untuk terus menunggu.maka..mohon izinmu untuk mencintai segala tentangmu.
  • Rabb...aku mencintaiMU dengan dua cinta. cinta kerbatasanku dan cinta terhadap hawa. cinta keterbatsanku membuat hidup ini terkurung dengan waktu, cinta pada hawa membuka waktu dan keterbasan hidupku. aku mencintaiMU dengan taubatku. Ya Rabb...ampunkan aku jika cintaku harus kubagi dengan binar lentik mata yg berasal dari tulang rusukku...
  • Beib...kuminta sebuah kunci untuk membuka hatimu yang diam di kelopak mawar. karena aku sangat berharap ada embun yang menetes dari hatimu mengobati mataku yang buta oleh didih pukaumu, dalam kerak sajak. beribu sujud aku tetaskan menujumu dan atas kesepian yg memar ini, aku tuliskan rupamu dalam gemerincing dzikir yg memanggilmu dengan mantra illahi...adakah kau dengar?
  • Aroma cinta yang kau taburkan,melayang lembut dengan konfigurasi warna-warni pada lanskap sunyi yang terhampar sepanjang perjalanan, juga di selasar kenangan dimana luka itu kita tinggalkan disana Dan pada lengkung bianglala yang membentang di horison langit hingga ujung batas cakrawala Aku terus meniti garis edar pesonamu yg tak jua pudar dalam sisa usia yg dipanah beku bulan.
  • Pohonan pagi...kilau daun daun bagai kristal tertiup angin kesunyian terbakar di pucuk pucuk ilalang menyemburkan cahaya ke dalam kalbu. Surya bagai softlens jingga di bola matamu cakrawala cinta. Pendar pendar telaga menyempurnakan sudut akhir kerlingan mata. Aku tersungkur di ceruk matamu, menuntun matahari ke dalam kelambu. Diamdiam aku terhanyut ke lubuk hatimu, tempat paling khusuk untuk sepucuk puisi.
  • mungkin untuk kesekian-kalinya angan mengalahkan bahasa untuk kuterjemahkan ke dalam binar matamu, tapi malam melayang ke sisi, tepat di antara angin yang tak dipetakan di buku diarymu. kau tak mungkin mengubah halaman yang ditumbuhi surat-surat dan pintu-pintu yang tak pernah terbuka oleh siapapun, termasuk aku! tetaplah diam, manakala aku menuliskan kembali ingatan yang jatuh dilindas puisi. agar diarymu hanya mencatat namaku.
  • Tahukah kau...!? pada tali gitarku tak ada lagu yang dapat dinyanyikan, hanya suara hati yang bergetar samar yang sembunyi di ketukan sunyi. karena tali gitar yang kupetik ini cukup bersahaja menceritakan bahasa hati pada kecemasanku yang terurai buram cahaya kamar, menghiasi notasi diam dan mengajakku memahami sendiri not-not yang belum selesai manakala sepi mengajarkan padaku tentang bosan nya menunggu bidadari..
  • sepotong senyum telah kusimpan sebagai gambar dan sebuah tanda yang membuat tarikan nafas mengalah dan mengambang, kapan aku kekotamu : kataku. dan kau tahu pertemuan mengistirahkan kerinduan menjadi tidak lebih berarti untukmu mencari sesuatu yang kutinggalkan ke dalam buku-buku dan warna jilbabmu yang luruh. suatu ketika kau menangis. kemudian tetesnya menjelma kupu bersayap ungu. berkejaranlah ia di antara alamat jalan yang ditumpangi pertanyaan. mungkin kau mencariku di sebuah terminal untuk menjawabnya. mungkin saja kau berlari menuju gedung pertemuan. kau membaca sepi yang dibaui luka. di sana seorang lelaki lebih baik dilupakan. dengan caramu sendiri. sepotong senyum, dan berkunjung ke suatu kota, adalah ingatanku kepada alamat rumah dan warna jilbabmu yang digenggam oleh telapak tangan yang dingin. aku akan datang! rindukah engkau?
  • Wahai hawa...peliharalah amanahku, lunakkan suara dan santunkan tingkahmu padaku. karena engkau pewaris dzuriat mulia mengukuhkan tiang keluarga, Rebahkan hati dan jiwamu bukan padaku tapi pada yang menciptakan aku untuk engkau, jadilah Fatimah Az'ahra yg sibuk mengisar gandum dan bibirnya basah mentilawah al Quran dan iradatnya tenggelam dalam keridaan suami. Hawa.. dimanakah kau? karena aku masih berdzikir sunyi sendiri.
  • ‎...bisik angin pada kelopak bunga firdaus terdengar sayup di antara kumandang riuh rendah tadarus Alif-Ba-Ta, dari lenguhan rindu dada bocah-bocah kampungku yang memahatkan sunyi di jiwaku. lalu,siapa yang akan kembali masuk kedalam hati remuk redamku untuk kupinang menjadi ma'mum dalam rakaat-rakaat sunyi melafalkan larik perjalanan menuju denyut keabadian sang khalik. wahai hawa...kaukah itu...?
  • Matamu..adalah sungai yang mengalir dengan tepian-tepian dan lubuk-lubuk tempat segala rindu dan cinta jatuh, tenggelam hingga ke muara kalbu. kerlinganmu melipat perasaan di ceruk hayatku dan memburu pada sepi keterpanaanku. aroma tubuhmu, senantiasa terbaring di lenguh napasku, semacam hasrat yang mesti dituntaskan hingga rohku mendekap rohmu..untuk keabadian cinta dari sang Khalik.
  • kuberi kata pada tali gitar yang enggan berdenting mengisi gelas dengan udara sepi. jemari mengambang lirihi pada not-not gelisah. menyatakan kesunyian pada kelelakian yang dipanah beku malam. aroma kopi melayang, menafsirkan tiap petikan hamparan rindu yang pucat dan dari bulumatamu yang indah. lalu...syair apa yg dapat kugubah untuk memaknai rindu yg tak berbadan ini ?
  • dengar...ocehan asmara dan beribu isyarat pelangi yang tumbuh di bibirmu. menyadarkanku, bahwa cinta dan kerinduan mengantarkan aku pada mabuk paling dungu. bisikkan kembali mabuk itu, sampai kesepian tak membaca lagi alamat hatimu yg jelas. kesepian telah menua dalam penantianku, tapi kehadiran mu tak sanggup menggenapkan riwayat itu, janji itu.!
  • Wahai yang menangis...semoga tangismu adalah kebenaran, semoga tangismu adalah rasa takutmu pada Allah, semoga Tangismu adalah cahaya Rabb mu yg menyinari hatimu, agar engkau tidak melebihi sifat Rabb yg maha pengampun. berhentilah wahai yang menangis, karena tangismu adalah fana sungguh tangis mu yang kekal adalah Jahanam yang kau ingkari. berdamailah dengan apapun sebelum engkau bertemu dengan kedamaian abadi surgamu..
  • Sungguh aku tak sempurna...maka ajari aku untuk membuat pelangi yang akan kulukis dalam hatimu...agar Engkau tahu...bahwa ada namamu yang ku eja dalam setiap dzikir sunyiku...
  • ..di puing doa aku menunggumu. kukenangkan perpisahan kita di matahari. hingga kekal airmataku mengharapmu. ah..., terlalu singkat memang kebersamaan kita. hanya malam yang kita nyanyikan setelah azan, kemudian terbakar dalam sebuah percakapan. apakah rahasia menggantung di rahang awan hingga degup mengalir di jantung hujan? apakah makna setelah perpisahan. jika cintaku dibunuh kesepian?
  • Wahai, inilah dekapanku, dekapan tanpa saksi agar dapat membenarkan tanganku mendekapmu, untuk menjadikannya lebih erat karena pesan-pesan kita masih samar dan sempit dan seakan-akan kesepian yang terus bertahan di atas mimpi, bersama rindu yang mati dalam kamar. namamu adalah suara yg pupus dalam jejak angan dan desau pudar membuat tubuhku diam meluruskan kata-kata menjadi detak jam dinding yang sunyi.
  • Dalam secarut rindu Selalu ada namamu menggetarkan seluruh isi kepala, Membuat otak dan selaput lain mengembara ke alam nirwana Menyapukan segenap resah dalam lekuk pikiran menyita Ragaku ketika kau diam bisu di balik matahari menghangatkan hatiku
  • Fatimah Azahra bagiku adalah cinta yang terindukan dari sosok lentik yang mengusik bilik hati.dimana kesepian kutetaskan ke dalam gelas menjadi alamat yang tak kunjung membikin mabuk. raung jiwa dibumbui sunyi, rokok yang diisap lamat mengabur dalam didih waktu. mengingat sesepi ini, tak ada yg meleraiku mengingat dirimu yang kucinta hadir direlungku tanpa firman seperti para sufi dengan qasidah kain pengantin kita!
  • apakah raung rindu yang hidup di penghambaan mampu menyadarkan kau! bahwa : aku pembangkang sunyi?
  • ...fahamilah,demi rasaku untuk lebih takzim padamu selayak takzimku pada perempuan yang melahirkanku, Riasilah kecantikan jiwa, hati dan nuranimu. buatlah Tuhan tersenyum, dengan selalu merunut keridhaanNYA dimana kehidupan memeluk kebahagiaan, Karena sesungguhnya hati yang damai serta jiwa yang tenang selalu ada didalam kebenaran, cerminan cinta kasih sang pencipta. lebih cintalah engkau pada Rabb-mu, bukan padaku.
  • Wahai Hawa....Sudah kubuang kekerasan hati ini..Untuk menyapa dan menuliskan sebait kata .Sungguh aku ingin kau membacanya dengan hati. Aku bukanlah Adam yang berani menerjang samudera cinta yang luas..aku hanya sebuah ironi yang bisu..Yang berusaha masuk dalam elegi hatimu dan biarkan aku hembuskan nafas kerinduan dalam puisi yang tak Romantis  ini...
  • Wahai Hawa...kubawakan jingga yang kucuri dari senja, untuk mengganti warna gamis yang tlah lusuh karena dosa, kubawakan jingga yang kucuri dari purnama untuk mengganti warna Jilbabmu yang pucat karena dunia. usah kau pikirkan senja tanpa jingga. ia akan mengalah saat lengkung malam mulai rebah, bukankah lebih baik jika jingga itu kucuri saja lalu kujadikan hijab untukmu,agar kau suci dalam hatiku...
  • Betapa banyak yang memaksaku agar aku "Muhammadkan" perasaanku!! betapa banyak mendikteku agar ku "ibrahimkan" perjalanan sahara gersang Cintaku..tapi sayang tak ada yang mau menjadi "Khadijahku" atas dasar rayuan angin kebebasan yang selimuti ego rabunkan cahaya cinta bertenaga tak terhingga.Ya Rab...izinkan aku mengintip Arrasy-MU untuk sekedar mengetahui : Pada hati Hawa yang mana KAU wujudkan Rusukku..

Dzikir Sunyi Pada Rabb-ku




  • mencari damai yang tak ditemui, arca jiwa ini resah beribu sepi tak tenang mengharap, akhirnya rebah tertiarap.Ya Lathiff...Lembutkan lah hati kalbu yang dini ikhlas mencari tenang yang abadi,tak mau lagi gundah biar saja yang indah.Ya Ghafurr..Sejukkanlah hati yang tak mudah memaafkan bukan tak ridha tapi tak mampu.sedih yang akhirnya keras menghitam.mana damai itu?...ku hamparkan kalbu tenang..khas buat MU
  • Kalau saja otakku digeser satu milimeter saja dari tempatnya,kalau detak jantungku tidak berfungsi normal,kalau saja ada salah satu organ tubuhku yang mogok tidak mau berfungsi..maka aku bukan siapa-siapa,hanya seonggok daging yang tergolek tidak berdaya..maka tak pantas aku sombong karena semua Milik-NYA..Terimalah dengan syukur,dan jadikan hidupmu berkah bagi semua orang....
  • Kusebut Engkau dalam asma-MU,menghapus diri menjaga kesucian yang selalu dikerdilkan oleh hasrat,gelap dan terang bersembunyi, tulang -tulang remuk oleh kebajikan dan angkara. kenapa jasadku tak hancur dalam kenikmatan dosa yang setua ini…? 
  • Hening bening senyap menggigil sukma,tetes embun merasuk relung hati,berpalung gema dzikir cumbui malam hingga fajar. rindu menyahdu seduhi kelam, Sang Maha Besar, Pengasih Penyayang. luruhku dikeluh tak habis ,luruhku dicinta tak usai, luruhku ditangis tak henti, Gerak bibir bergetar pilu, Gerak nafas tersengal-sengal, Gerak pasti hanya menuju hasratMu !
  • Cintaku padaMU :Adalah sungai berbatu Yang selalu Berkelebat bayang camar Enggan mendarat. Bertiup angin meminta pulang Pada gelisahmu yang runtuh karena gerimis. Di pagi menjelang dhuha, kutempatkan dzikir khusuk Mengalunkan doa Yang siapapun tak pernah merajutnya. Rinduku padaMU Adalah bunga bakung Yang selalu asyik Menanti embun pagi, Setiap tetes yang setia Pada nyaring gemanNYA Untuk bertemu Dipermukaan rinai gerimis mataku.
  • Rabb...Apabila mega mewarna hitam kelam Dan matahari tenggelam di samudera terdalam. Dengan sukacita kuminta lagi pelukan temaram. Menyentuh bintang gemintang meraih seluruh dunia yang hilang,melukiskan rupa diri yang remang Lukisan tentang kupunya setitik asa, tintanya merah darah dari mataku yang semakin basah demi mengingat-Mu untuk segenap keluh kesah
  • Dilautan hikmah kalamMU lirih hatiku bergetar mengeja alif-lam-mimMU. ditelaga bijak IqroMU aku merunduk.tangan kecil ini menengadah hanya padaMU. mengharap KAU sudi teteskan rahmatMU disisa-sisa perjalanan melintasi bukit-bukit dan lereng kesemuan nafsu demi Alastubirobbikum di jantung meski dada ringkih ini sesak terguncang desah lantunan bait-bait indah AsmaMU.
  • Aku tafakur diberanda paling mistis dari seribu bunga-bunga tasbih,diam mengisap asmaMU.tiap desah nafasku adalah rahmatMU yang tak pernah putus. akulah pengembara itu yg ingin menggambar wajahmu disepi malam.aku lelaki luka gelisah menyeret beban gelap sejarah mencoba menyemai bumi dengan doa. sampaikah?  aku hanya tahu, pada sempit dan lapang. pada sedih dan senang aku mencoba senyum penuh rasa syukur.
  • CahayaMU, Berkilau sinari hati yang dimabuk luka dan penyesalan, Bias warnanya menyulam imajinasi resah, tapi ketakutan bentangkan sayap ragunya, Lalu menjauh pergi bersama nyanyian kemenangan iblis. CahayaMU sinari rapuh kalbu, Sucikan pijakan langkah, tuntun kaki dekati sang kekasih, tepiskan risau galau hati…” Bukankah telah kami lapangkan dada mu ” ( QS 94 : 1 ) Lalu dengan alasan apa kau tak bersujud ?
  • Maha kucerna kuasa-MU hingga rindu-MU cabut biji mataku. aku tersungkur dengan ribuan harapku. tentang puja, tentang pinta, tentang asa, tentang do’a. Jika takdir itu telah hinggap di bibir waktu. ijinkan aku menyambut ketentuan-MU dan fasih mengartikan "Alastu Birabbikum kollu bala syahid" sungguh..Engkau Tuhanku dan aku hamba-MU.
  • Dan gerimis malam menemani rindu pada sang khalik, dan suara desir angin membawa jiwa tak berjarak, PadaMU Ya Allah, segala ragu jadi padu, PadaMU Yang Maha Tinggi, segala jiwa terhuyung jadi tegak, Lalu nadi mulai mengalir segala asmaMu. Lalu badan mulai gemetar terbalut cahyaMu, dan aku tak berbentuk menyatu dalam rindu padaMU.
  • aku merebah galau dalam relung kalimat dan sekarat ditahan cinta dari onggokan kata, Rosul mana yang mampu selesaikan perkara. mohonku segerakan doaku tersampai untuk-Nya. karena di dunia ini siapapun tak bisa jadi malaikat dan siapapun tak mampu jadi Muhammad kecil, yg mampu meretas perkara menjamin surga. seperti yang kau lihat, aku terlalu biasa yg menulispun kadang kekurangan satu kata..mohon ampun ya Rabb...
  • kulelapkan mata dari gemerlap dunia yang bergincu dan berambut palsu yg ketika hujan menggigil kedinginan.aku menjauh dari kebisingan dari orang orang yg berlomba bertahta dalam kekaisaran sebutir nasi dan memperebutkannya dalam piring makan. dalam hening menghitung tasbih mengukur langit dan luas bumi. dan ketika 1/3 malam hanya K A U dan aku begitu damai begitu teduh ketika cahayaMU memantul di cermin hatiku.
  • aku mengetuk pintuMU bukan ingin mengeluh, melainkan untuk bersimpuh, mencari jawab yg tak terjawab. aku mengetuk pintuMU, hanya ingin membuka dialog-dialog tak tersentuh lewat sujud yg tak sempurna, Ya Rabb..ajarilah aku Tidak untuk menghitung hari-hari hidupku saja. tetapi juga untuk menemukan Dikau Dalam detak jantungku...
  • Aku muntah!..namun tetap ku ciumi busuk hatiku. Aku sudah muak! Namun tetap kudekap kesombonganku sendiri. Aku sudah bosan! Namun tetap kucumbui kemaksiatan itu. Aku sudah lelah!, namun terus kulangkahkan kaki ini menapaki kumpulan dosa-dosa baru. Ada kesedihan ditengah gemuruh tawa setan di jiwaku. aku takut akan azabMu, duh gusti..Cepat ! Hantarkan aku menuju jurang pertaubatan!, tenggelamkanlah aku bersama ikhlasku.
  • aku lafadzkan namaMu, kala matahari tegak lurus di langit. Suaraku tak seanggun Billal, akulah pendosa itu yang ingin bertemu denganMu, berwajahkan rembulan dan nafas kesturi. Aku lelah! sepert dirimu, tapi Aku ingin khidmat mengimaniNya! ” Maka inilah sujud yang tak khusuk Di mesjid kecil dan lembab ini. iftitahku mengalir...“Inna salaatii wanusukii wa mahyaa ya wa mamaatii lillaahi rabbil aalamiin…”
  • Ada kesejukan saat membasuh wajah yang dinaungi lirikan mentari.Ada harapan saat memohon kemudahan di pagi hari .Ada ketenangan saat memulai dengan doa dan kepasrahan...pada Dhuha-MU terpaut diri dalam cahaya mencuri detik-detik hangat asmara. kini redha jadi intim erat paut dalam segumpal hati berbentuk cinta padaMU. paut pada dahan lekap di jiwa ini!
  • Kubicara dalam bahasa lugas tanpa nafas tergugu beku mencumbu sunyi dalam dekapan rindu puisi malam. ada yg terlepas dari dasar jiwa, cintanya dan pemujanya.Dari bayangan angan,kutahu semua terhampakan.Kututurkan bahasa dalam kalbuku, mencuri jauhnya jiwa yg pernah termiliki dan kini terlepaskan. Rindu ini terkubur kembali dalam pekat nafsuku .sungguh..aku ingin merebahkan lelah jiwa ini dalam pangkuan kasihMU...ya Rabb!
  • airmata tumpah diatas sajadah,ketika malam sepi memotret hati. hati hitam karna syahwat dunia hingga aku lupa K A U ada. kini aku datang ketika senja menggugurkan daun dan kembang, jalan jalan meremang. aku tertegun, bahwa sebongkah batu itu ternyata nisan nafsuku...Asatgfirullah!!!
  • DZikir angin disambut wirid daun-daun di juntai dahan kehidupan. tanah basah bertasbih dalam diam, kerdil membilang nama-NYA. Tetes embun menulis perjalanan Rahman RahimMU. Saat derap kaki mengatur sepoi angin menggemai syahadat, kuziarahi lagi sekebun agung cinta mengehitung lirik nurani bermunajat lidah mengkhatami luhur doa dan salam al-Fatihah. Terimaksih ya Rabb..Engkau kembalikan lagi ruhku pagi ini..
  • Pada panggilan ketaatan yg berkumandang, Telah tertitah aku dengan jelasnya. Tapi,bagai tersumbat batu kelalaian di telinga nuraniku,Hingga tuli hinggap saat kulengah dalam madu palsu duniawi.aku sibuk oleh kesibukan dan segala perhiasannya.Ikhlas dan sabar menjelma kalimat memelas yg tak kupahami maknanya.aku tak fasih mengartikan:ALLOOHU WALIYYUT TAUFIIQ,NI’MAL MAULAA WANI’MARROFIIQ..ampunkan aku..

Sabtu, 29 Januari 2011

Wasiat

Nak...
jika aku memanggilmu dengan cinta
semoga aku menjelma Ibrahim dan kau Ismail
dimana kita berdua menaburkan kesukacitaan
pada altar dengan taburan wangi bunga surgawi
hingga kau yakin bahwa aku memanggilmu dengan cinta

Nak...
jika aku membelaimu dengan cinta
semoga aku menjelma Husain cucu Rosulmu
meski seribu anak panah menghiasi kelembutan kulit
dan kuangkat dirimu semampu kerelaan ajal
dipadang karbala yang butarata
hingga kau yakin bahwa aku membelaimu dengan cinta

tapi...
jika saja kau memutuskan jauh dariku
dan dunia dengan tipu dayanya menyeretmu
apa dayaku...? semua titik akan dipertemukan oleh takdir

meski kutahu kau harus mengukir nasibmu sendiri
ukirlah nasibmu dengan pahat yang menghujam jantungmu
dan relieflah bentuk bentuk kesabaran dan keikhlasan
jadikan dirimu panglima yang menguasai hawa nafsumu
jaga dirimu dari ketergelinciran lidah
arahkan pandanganmu pada sahaja tawadhuNYA
rendahkan singgasana angkuhmu!
sungguh...tidak ada yang boleh melebihi ketinggian Arasy

kokohkan tulang punggungmu pada dzikir sunyimu
jaga telingamu dari masuknya Ghibah walau sebesar debupun
tempatkan tanganmu selalu diatas..jangan pernah meminta! 
dan tengadahkan tanganmu hanya kepada Allah semata

langkahkan kakimu menuju keridhaanNYA
kenakan sepatu Zihad berkaus kai Zuhudmu
jemputlah takdir yang sebenar benarnya
sebuah takdir yang harus kau pilih berkumpul dengan para syuhada

tegakkan panji kebenaran islam dengan tunduknya kepalamu pada amarah
liputi hatimu dengan keutamaan keutamaan keberanian dan kejujuran
hilangkan rasa takut...! 
jadilah srigala dengan mata nyalang terhadap musuh musuhNYA
jelang marabahaya yang penuh rasa sakit dan nyeri hingga ke ulu hati
demi tegaknya LA ILA HA ILALLAH...
reguk kepahitan hausmu dan rasa lapar yang menghimpit lambungmu 
demi ke-Esa-an Rabb mu

teguhlah meski tubuhmu tercabik angkara murka dunia 
karena akherat lebih baik untukmu...
jadikan Iblis dan sekutunya,musuhmu yang paling abadi
lemah lembutlah dalam berucap karena lidah akan lebih melukai dari belati
rendahkan perilakumu karena segala yang berlebihan adalah angin jahanam.
berikan dari sebagian yang kamu miliki
karena dari sebagian yang kamu miliki 
adalah hak saudara mu'min mu yang papa 
jangan rampas hak mereka karena rakus nafsumu

nak...
jika saja aku memanggilmu dan membelaimu...
yakinkan olehmu...bahwa aku melakukannya dengan cara yang diajarkan Tuhanku...

Sajadah Sunyi


Bila suatu saat kau baca ini
Inilah kalam yang menerohkan ayat dalam diam
Huruf dan katanya mengalir dari kedua biji mata
Badanku bergetar mengalirkan rasa
Pikiran dan bathinku khusuk mengukir makna
Sambil bersila kutulis beratnya kerinduan padaMU

Sungguh...
Aku pernah mencintaimu dengan Kaffah
Kepayang bukan alang kepalang padaMU
Akupun fasih memahat Alif,lam dan Ha-MU
Ruhku mabuk pada Sama’ dan basharMU
Dan kerinduan mengental dalamsetiap tarikan nafas

Sungguh pula...aku pernah melupakanMU
Dimana hari kemarin adalah yang terburuk dalam amalku
Aku kepayang bukan alang kepalang pada hawa nafsu
Akupun fasih memahat Dha.Lam dan Mim
Ruhku mabuk pada sedikit nikmat dunia
Dan kerinduan menjadi sebatas aku terjaga
Aku menjelma sampah kata serapah

Waktu kuhabiskan untuk mengeraskan batang leherku
Selangkanganku membuncah aurat syaetani
Aku lelap dalam kenikmatan ragawi
Dan Muhammad tak kusebut dalam Orasi nafsuku
Duniaku legam penuh amarah
Tapi...atas kuasaMU aku terjaga
Dari mimpi buruk yang khusuk menusuk kalbu

Rabb...izinkan aku pulang dan kembali padaMU
Dengan hati hancur luluh kuadukan pengakuanku

Demi Engkau yang merajai segenap penciptaan
Yang kulihat, kurasa dan kudengar atau K A U ghoibkan

Aku ingin pulang ya...Malik!
Ku akui tak ada nikmat selain iman
Tak ada kesedihan selain putusnya karuniaMU
Tak ada kegembiraan selain maafMU

Ya Aziz...
Alirkan kembali airmata pada dzikirku
Kokohkan tulangku dalam menerima iradatMU
Tundukkan kepalaku pada nikmat cumbuan cintaMU
Palingkan wajahku dari bara apiMU
Kasihanilah kelembutan kulitku
Jangan segarakan siksa padaku

Wahai pemilik nyawaku...
Wahai penabur karunia...
Wahai penolak bencana...
Wahai yang maha tahu...

Bukalah pintu maafMU untukku semua lalaiku
Rengkuhlah aku dalam kedua tanganmu
Jangan tunjukkan lagi padaku jalan kedzaliman
Tutuplah ia dari hasrat dan anggota badanku

Aku bersimpuh padaMu...ya Rabb
Hapuskan bekas kejatuhanku
Penuhi hatiku untuk selalu mencintaiMU
Sungguh...aku telah mengakui semua ini...duh gusti!