- kamu yang datang masuk kedalam kalbuku, menyuburkan kata-kata gombal dalam pikiran yang kuledakan dalam pena yang tak sempat dikukuhkan dalam kalimat istirah. serupa wajahmu tak henti mengisi lubuk-lubuk rindu beristikharah dalam kalbu dan ruhku...menjelma sesobek sujud yang nyeri!
- ini sekedar frasa sederhana yang kuambil dari tangkai mawar, ini tentang prasasti yang bertuliskan perasaan dan kubiarkan ia kepadamu, kelopak-kelopak baru yang tumbuh atas mata dan kalbu, sekedar penolakanku terhadap cinderella atau nawangwulan beserta legendanya. karena kaulah puteri itu yang bukan dongeng bagiku.
- wahai...kesabaran telah menguap sebagai diam, aku menunggu musim yang berlari dalam kedinginan semediku. apa salah kau menghukum kata-kataku menjadi batu sukmamu dukacita diriku. dan kau batu paling batu dunguku
- aku pernah bertanya...kerinduan apa yang kau kirim menuju sukmaku sebagai gigil yang sempurna. kau hanya mendesah seperti hempas hujan yang tergelincir ke tanah menenggelamkan perasaan.sembari mengecup kebekuan di wajahku kau bergumam world is unfair !... dan rindu itu telanjang mengutuk sujud kesepian menjadi batu dalam diriku.
- aku pria akhir jaman, Bukan Ali atau Ummar, zuhudku adalah desir alpa menghitung payah payah dunia yg tak bisa Kamu nikmati anggur singgasananya, aku hanya merangkai petuah Arasy mencoba meniti sabar pun Kamu bukanlah Khadijah, yg begitu sempurna di dalam menjaga, bukan pula Hajar, yg begitu setia dalam sengsara. kamu Cuma wanita akhir zaman, maka bersabarlah atas segala ketaksempurnaanku ini..
- Ketika kau sadar pagi ini. Mungkin aku telah menjadi udara pagi yg kau hirup Karena sang waktu yang tak izinkanku untuk temui kau saat ini. Mungkin aku telah menjadi mentari di langitmu, Karena rapuhku yg tak mampu melawan Rindu. Ketika kau terjaga saat ini, Mungkin aku telah ungkapkan segalanya padamu, Karena tipisnya sabarku untuk terus menunggu.maka..mohon izinmu untuk mencintai segala tentangmu.
- Rabb...aku mencintaiMU dengan dua cinta. cinta kerbatasanku dan cinta terhadap hawa. cinta keterbatsanku membuat hidup ini terkurung dengan waktu, cinta pada hawa membuka waktu dan keterbasan hidupku. aku mencintaiMU dengan taubatku. Ya Rabb...ampunkan aku jika cintaku harus kubagi dengan binar lentik mata yg berasal dari tulang rusukku...
- Beib...kuminta sebuah kunci untuk membuka hatimu yang diam di kelopak mawar. karena aku sangat berharap ada embun yang menetes dari hatimu mengobati mataku yang buta oleh didih pukaumu, dalam kerak sajak. beribu sujud aku tetaskan menujumu dan atas kesepian yg memar ini, aku tuliskan rupamu dalam gemerincing dzikir yg memanggilmu dengan mantra illahi...adakah kau dengar?
- Aroma cinta yang kau taburkan,melayang lembut dengan konfigurasi warna-warni pada lanskap sunyi yang terhampar sepanjang perjalanan, juga di selasar kenangan dimana luka itu kita tinggalkan disana Dan pada lengkung bianglala yang membentang di horison langit hingga ujung batas cakrawala Aku terus meniti garis edar pesonamu yg tak jua pudar dalam sisa usia yg dipanah beku bulan.
- Pohonan pagi...kilau daun daun bagai kristal tertiup angin kesunyian terbakar di pucuk pucuk ilalang menyemburkan cahaya ke dalam kalbu. Surya bagai softlens jingga di bola matamu cakrawala cinta. Pendar pendar telaga menyempurnakan sudut akhir kerlingan mata. Aku tersungkur di ceruk matamu, menuntun matahari ke dalam kelambu. Diamdiam aku terhanyut ke lubuk hatimu, tempat paling khusuk untuk sepucuk puisi.
- mungkin untuk kesekian-kalinya angan mengalahkan bahasa untuk kuterjemahkan ke dalam binar matamu, tapi malam melayang ke sisi, tepat di antara angin yang tak dipetakan di buku diarymu. kau tak mungkin mengubah halaman yang ditumbuhi surat-surat dan pintu-pintu yang tak pernah terbuka oleh siapapun, termasuk aku! tetaplah diam, manakala aku menuliskan kembali ingatan yang jatuh dilindas puisi. agar diarymu hanya mencatat namaku.
- Tahukah kau...!? pada tali gitarku tak ada lagu yang dapat dinyanyikan, hanya suara hati yang bergetar samar yang sembunyi di ketukan sunyi. karena tali gitar yang kupetik ini cukup bersahaja menceritakan bahasa hati pada kecemasanku yang terurai buram cahaya kamar, menghiasi notasi diam dan mengajakku memahami sendiri not-not yang belum selesai manakala sepi mengajarkan padaku tentang bosan nya menunggu bidadari..
- sepotong senyum telah kusimpan sebagai gambar dan sebuah tanda yang membuat tarikan nafas mengalah dan mengambang, kapan aku kekotamu : kataku. dan kau tahu pertemuan mengistirahkan kerinduan menjadi tidak lebih berarti untukmu mencari sesuatu yang kutinggalkan ke dalam buku-buku dan warna jilbabmu yang luruh. suatu ketika kau menangis. kemudian tetesnya menjelma kupu bersayap ungu. berkejaranlah ia di antara alamat jalan yang ditumpangi pertanyaan. mungkin kau mencariku di sebuah terminal untuk menjawabnya. mungkin saja kau berlari menuju gedung pertemuan. kau membaca sepi yang dibaui luka. di sana seorang lelaki lebih baik dilupakan. dengan caramu sendiri. sepotong senyum, dan berkunjung ke suatu kota, adalah ingatanku kepada alamat rumah dan warna jilbabmu yang digenggam oleh telapak tangan yang dingin. aku akan datang! rindukah engkau?
- Wahai hawa...peliharalah amanahku, lunakkan suara dan santunkan tingkahmu padaku. karena engkau pewaris dzuriat mulia mengukuhkan tiang keluarga, Rebahkan hati dan jiwamu bukan padaku tapi pada yang menciptakan aku untuk engkau, jadilah Fatimah Az'ahra yg sibuk mengisar gandum dan bibirnya basah mentilawah al Quran dan iradatnya tenggelam dalam keridaan suami. Hawa.. dimanakah kau? karena aku masih berdzikir sunyi sendiri.
- ...bisik angin pada kelopak bunga firdaus terdengar sayup di antara kumandang riuh rendah tadarus Alif-Ba-Ta, dari lenguhan rindu dada bocah-bocah kampungku yang memahatkan sunyi di jiwaku. lalu,siapa yang akan kembali masuk kedalam hati remuk redamku untuk kupinang menjadi ma'mum dalam rakaat-rakaat sunyi melafalkan larik perjalanan menuju denyut keabadian sang khalik. wahai hawa...kaukah itu...?
- Matamu..adalah sungai yang mengalir dengan tepian-tepian dan lubuk-lubuk tempat segala rindu dan cinta jatuh, tenggelam hingga ke muara kalbu. kerlinganmu melipat perasaan di ceruk hayatku dan memburu pada sepi keterpanaanku. aroma tubuhmu, senantiasa terbaring di lenguh napasku, semacam hasrat yang mesti dituntaskan hingga rohku mendekap rohmu..untuk keabadian cinta dari sang Khalik.
- kuberi kata pada tali gitar yang enggan berdenting mengisi gelas dengan udara sepi. jemari mengambang lirihi pada not-not gelisah. menyatakan kesunyian pada kelelakian yang dipanah beku malam. aroma kopi melayang, menafsirkan tiap petikan hamparan rindu yang pucat dan dari bulumatamu yang indah. lalu...syair apa yg dapat kugubah untuk memaknai rindu yg tak berbadan ini ?
- dengar...ocehan asmara dan beribu isyarat pelangi yang tumbuh di bibirmu. menyadarkanku, bahwa cinta dan kerinduan mengantarkan aku pada mabuk paling dungu. bisikkan kembali mabuk itu, sampai kesepian tak membaca lagi alamat hatimu yg jelas. kesepian telah menua dalam penantianku, tapi kehadiran mu tak sanggup menggenapkan riwayat itu, janji itu.!
- Wahai yang menangis...semoga tangismu adalah kebenaran, semoga tangismu adalah rasa takutmu pada Allah, semoga Tangismu adalah cahaya Rabb mu yg menyinari hatimu, agar engkau tidak melebihi sifat Rabb yg maha pengampun. berhentilah wahai yang menangis, karena tangismu adalah fana sungguh tangis mu yang kekal adalah Jahanam yang kau ingkari. berdamailah dengan apapun sebelum engkau bertemu dengan kedamaian abadi surgamu..
- Sungguh aku tak sempurna...maka ajari aku untuk membuat pelangi yang akan kulukis dalam hatimu...agar Engkau tahu...bahwa ada namamu yang ku eja dalam setiap dzikir sunyiku...
- ..di puing doa aku menunggumu. kukenangkan perpisahan kita di matahari. hingga kekal airmataku mengharapmu. ah..., terlalu singkat memang kebersamaan kita. hanya malam yang kita nyanyikan setelah azan, kemudian terbakar dalam sebuah percakapan. apakah rahasia menggantung di rahang awan hingga degup mengalir di jantung hujan? apakah makna setelah perpisahan. jika cintaku dibunuh kesepian?
- Wahai, inilah dekapanku, dekapan tanpa saksi agar dapat membenarkan tanganku mendekapmu, untuk menjadikannya lebih erat karena pesan-pesan kita masih samar dan sempit dan seakan-akan kesepian yang terus bertahan di atas mimpi, bersama rindu yang mati dalam kamar. namamu adalah suara yg pupus dalam jejak angan dan desau pudar membuat tubuhku diam meluruskan kata-kata menjadi detak jam dinding yang sunyi.
- Dalam secarut rindu Selalu ada namamu menggetarkan seluruh isi kepala, Membuat otak dan selaput lain mengembara ke alam nirwana Menyapukan segenap resah dalam lekuk pikiran menyita Ragaku ketika kau diam bisu di balik matahari menghangatkan hatiku
- Fatimah Azahra bagiku adalah cinta yang terindukan dari sosok lentik yang mengusik bilik hati.dimana kesepian kutetaskan ke dalam gelas menjadi alamat yang tak kunjung membikin mabuk. raung jiwa dibumbui sunyi, rokok yang diisap lamat mengabur dalam didih waktu. mengingat sesepi ini, tak ada yg meleraiku mengingat dirimu yang kucinta hadir direlungku tanpa firman seperti para sufi dengan qasidah kain pengantin kita!
- apakah raung rindu yang hidup di penghambaan mampu menyadarkan kau! bahwa : aku pembangkang sunyi?
- ...fahamilah,demi rasaku untuk lebih takzim padamu selayak takzimku pada perempuan yang melahirkanku, Riasilah kecantikan jiwa, hati dan nuranimu. buatlah Tuhan tersenyum, dengan selalu merunut keridhaanNYA dimana kehidupan memeluk kebahagiaan, Karena sesungguhnya hati yang damai serta jiwa yang tenang selalu ada didalam kebenaran, cerminan cinta kasih sang pencipta. lebih cintalah engkau pada Rabb-mu, bukan padaku.
- Wahai Hawa....Sudah kubuang kekerasan hati ini..Untuk menyapa dan menuliskan sebait kata .Sungguh aku ingin kau membacanya dengan hati. Aku bukanlah Adam yang berani menerjang samudera cinta yang luas..aku hanya sebuah ironi yang bisu..Yang berusaha masuk dalam elegi hatimu dan biarkan aku hembuskan nafas kerinduan dalam puisi yang tak Romantis ini...
- Wahai Hawa...kubawakan jingga yang kucuri dari senja, untuk mengganti warna gamis yang tlah lusuh karena dosa, kubawakan jingga yang kucuri dari purnama untuk mengganti warna Jilbabmu yang pucat karena dunia. usah kau pikirkan senja tanpa jingga. ia akan mengalah saat lengkung malam mulai rebah, bukankah lebih baik jika jingga itu kucuri saja lalu kujadikan hijab untukmu,agar kau suci dalam hatiku...
- Betapa banyak yang memaksaku agar aku "Muhammadkan" perasaanku!! betapa banyak mendikteku agar ku "ibrahimkan" perjalanan sahara gersang Cintaku..tapi sayang tak ada yang mau menjadi "Khadijahku" atas dasar rayuan angin kebebasan yang selimuti ego rabunkan cahaya cinta bertenaga tak terhingga.Ya Rab...izinkan aku mengintip Arrasy-MU untuk sekedar mengetahui : Pada hati Hawa yang mana KAU wujudkan Rusukku..
Adakah Kilau Rembulan Yang Mengapung indah di beranda matamu adalah sebuah ruang renung untuk memahami lebih dalam setiap desir luka,serpih tawa,isak tangis, jerit rindu dan keping kecewa yang memantul pelan dari dinding hatimu? jadikanlah itu kembang dan kepak kupu-kupu bersayap cemerlang seraya melukis potongan kisahmu di kanvas batin...agar kau lebih mengenal Tuhanmu.

Minggu, 30 Januari 2011
Dzikir Sunyi Pada Hawa
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar