Lelaplah dengan mimpi-mimpi di siang harimu.
walau uang saku selalu saja tak terberi
lupakanlah, segala lelah yang bermula dari kakimu.
sebab tapak-tapak yang kau jejakkan di tanah.
begitu ikhlas mengantarmu mengejar sekawanan belalang
atau kupu-kupu elok di halaman belakang
suatu ketika kau berteriak sambil berkacak pinggang
di antara rimbun batang rumput
kau berseru :
Ayah....Langit berdebar biru !
aku tersenyum menatap wajahmu yang nampak lusuh
oleh petualanganmu meraih matahari
engkau belum mengenal basa-basi aku membacanya.
membaca puisi yang berkata lembut.
apa adanya dengan segala kekanakanmu
lelaplah dengan kehidupan yang kau lewatkan.
sebab esok kau akan terbangun melihat langit benar-benar berdebar biru
dari wajahmu yang paling lugu itu
Ayah yang jarang pulang...tak jadi masalah bagimu
engkau mungkin tak mengerti tentang kata-kata puitis
namun kesehajaan dari kanak-kanakmu
mengajariku untuk lebih paham arti kejujuran
bila demikian. lelap lebih pulaslah bintang hatiku
aku akan mengantarmu merayapi kepenatan penantian kepulanganku
dengan tanganku yang akan menjagamu sampai fajar, esok, dan seterusnya...
hingga ayah berkata pada pemilik ubun ubun kita :
Ya Rabb....Aku ikhlas memberi nyawaku untukMU demi anakku...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar